Beranda | Artikel
Khutbah Idul Fitri: Merawat Tanaman Iman
Rabu, 16 April 2025

Khutbah Idul Fitri: Merawat Tanaman Iman ini merupakan rekaman khutbah idul fitri yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Senin, 1 Syawal 1446 H / 31 Maret 2025 M.

Khutbah Idul Fitri: Merawat Tanaman Iman

Kita hidup di dunia hanya sementara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al-’Ankabut[29]: 57)

Perbekalan kita menuju akhirat adalah amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada penduduk surga,

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

”Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. An-Nahl[16]: 32)

Betapa butuhnya kita kepada amal shalih. Karena amal shalih merupakan perbekalan kita yang terbaik menuju kematian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

”Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Amal shalih itu memperbaiki hati tiap manusia. Siapapun hamba yang beramal shalih dan bertaqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan memperbaiki hatinya, kehidupannya, rezeki, dan mata pencahariannya. Karena amal shalih membuka pintu-pintu rezeki untuk hamba.

Amal shalih sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita. Dan yang harus kita perhatikan setelah bulan Ramadhan ini yaitu bagaimana agar amal shalih tersebut kita jaga.

Bulan Ramadhan telah pergi meninggalkan kita. Akan tetapi amal shalih jangan sampai pergi meninggalkan kita. Maka ada perkara yang harus kita perhatikan dalam menjaga amal, yaitu jaga amal agar langgeng dan terus istiqamah di atas amal tersebut.

Setelah bulan Ramadhan, kita bisa terus berpuasa sunnah, shalat tahajjud, membaca Al-Qur’an, dan amal-amal shalih lainnya. Karena sesungguhnya amal yang paling Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai adalah yang langgeng.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,

وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Dan ketahuilah bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang langgeng (terus-menerus) walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Aisyah Radhiyallahu ’Anha berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا عَمِلَ عَمَلاً أَثْبَتَهُ

”Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam apabila mengamalkan suatu amalan, maka beliau berusaha melanggengkannya.” (HR. Muslim)

Karena langgengnya amal itulah yang kita butuhkan. Adapun amal yang tidak langgeng itu sangat sedikit pahalanya dan sangat sedikit pengaruhnya kepada hati kita.

Akan tetapi ketika kita melanggengkan amal, itu akan menumbuhkan tanaman iman di hati kita. Bagaikan orang yang berusaha untuk membesarkan tanamannya. Dia akan berusaha menyiramnya setiap hari. Ketika kita rutin menyiramnya dan memberinya pupuk, maka Anda akan melihat tanaman itu sangat bagus dan indah.

Demikian pula tanaman iman di dalam hati, harus kita perhatikan baik-baik dengan cara merutinkan amal shalih. Dan merutinkan amal shalih tidaklah mudah, karena banyak sekali ujian dan cobaannya. Kemalasan yang menghantui hati, syahawat yang melemahkan hati. Dan dosa-dosa yang sering kali menghalangi kita dari amal shalih.

Maka dari itu, agar bisa langgeng dan istiqamah di atas amal shalih, yang pertama kita membutuhkan kesabaran yang kuat. Sabar terus untuk berjihad melawan diri kita untuk terus beramal shalih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali ’Imran[3]: 200)

Ada 4 hal yang disebutkan dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا

”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu..”

Dan sungguh kesabaran membutuhkan keyakinan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesabaran membutuhkan bantuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena itu bukan sesuatu yang mudah.

Maka dari itu Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam mengajarkan kita untuk selalu membaca doa:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

”Ya Allah bantu aku untuk senantiasa mengingat-Mu, bantu aku untuk mensyukuri nikmat-Mu, dan bantu aku untuk memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” (HR. Abu Daud)

Ummatal Islam,

Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala,

اصْبِرُوا

”bersabarlah kamu..”

Sabar di atas ketaatan, untuk meninggalkan kemaksiatan. Dan sabar di atas musibah yang menimpa kehidupan.

Ummatal Islam,

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

وَصَابِرُوا

”dan kuatkanlah kesabaran kalian..”

Karena terkadang kesabaran itu melemah, tak selamanya terus kuat. Suatu ketika pasti ada masa di mana kesabaran itu turun. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan untuk menguatkan kesabaran, saling menasehati di antara kita. Karena sesungguhnya kaum muslimin itu bagaikan bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.

Ketika kita meliat teman kita mulai futur, bersegeralah kita menguatkan dia. Ingatkan dia bahwasanya kehidupan dunia hanyalah sementara. Kita semua akan mati dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang ketiga, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata,

وَرَابِطُوا

”dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)”

Berjaga di tapal batas. Menjaga amalan-amalan kita, jangan sampai amal tersebut lemah dimasuki sesuatu yang bisa membatalkannya. Atau jangan sampai kita lemah menjaga diri kita juga jangan sampai jatuh kepada kemaksiatan, dengan cara kita berusaha berhati-hati menjauhi berbagai macam hal yang bisa menjerumuskan kita kepada maksiat.

Maka dari itu, betapa pentingnya murabathah untuk menjaga amal, menjaga di tapal batas, seperti halnya mereka yang murabathah menjaga di tapal batas suatu negara yang jangan sampai musuh memasuki wilayah negara tersebut.

Demikian kita juga murabathah di tapal batas, jangan sampai setan berhasil merusak hati dan amalan kita.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

”dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Inilah empat cara agar kita langgeng dan istiqamah di atas amal shalih. Siapa di antara kita yang tidak bersungguh-sungguh dan lebih mengikuti syahwatnya, dia tidak akan berhasil. Karena hakikat dari keberhasilan dan kesuksesan adalah ketika kita telah meletakkan kaki kita di dalam surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ

”Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (QS. Ali ’Imran[3]: 185)

Kesuksesan bukanlah ketika kita menjadi orang kaya atau yang memiliki kedudukan. Akan tetapi kesuksesan adalah ketika kita masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka ini yang pertama, yaitu kita berusaha untuk langgeng, sabar, terus-menerus, rutin, dan kontinyu di atas amal shalih.

Kemudian yang kedua yang harus kita jaga yaitu jangan sampai amal kita dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu yang setiap mukmin khawatirkan. Seorang mukmin takut apabila amal shalihnya ternyata dirusak oleh perbuatannya sendiri.

Ternyata dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah akibat dari dia sendiri. Itulah yang dikhawatirkan.

Oleh karena itu ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan firman-Nya;

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,” (QS. Al-Mu’minun[23]: 60)

Aisyah Radhiyallahu ’Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud oleh ayat ini? Apakah yang dimaksud oleh ayat ini yaitu orang yang suka berzina, mencuri, meminum khamr?”

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menjawab,

لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ

“Bukan, wahai putri Ash Shidiq (maksudnya Abu Bakr Ash Shidiq, pen)! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima.” (HR. At Tirmidzi)

Itulah kekhawatiran seorang muslim. Kita khawatir setelah Ramadhan ternyata kita tidak mendapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita khawatir kalau ternyata amal shalih kita dibatalkan dan rusak. Maka kewajiban kita adalah mengetahui apa saja yang bisa membatalkan amal shalih kita dan merusaknya.

Hal-hal yang membatalkan amal

Yang pertama adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

”Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar[39]: 65)

Jika kita berbuat syirik, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membatalkan amalan kita. Baik syirik besar maupun syirik kecil.

Yang kedua adalah kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

”Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 5)

Yang ketiga adalah ujub dan sombong. Seseorang merasa bangga dengan amal dan ilmunya yang banyak. Dengan berbagai macam kebaikan yang dia lakukan kepada kaum muslimin. Lalu hatinya dimasuki oleh ujub dan kesombongan. Sementara ujub dan kesombongan itu bisa membatalkan amal.

Syaikh Ibnu Al Utsaimin mengatakan bahwa ujub itu dapat membatalkan amal. Maka dari itu berhati-hatilah. Jangan sampai hanya karena kita telah banyak beramal di bulan Ramadhan, lantas kita memandang remeh orang lain yang tidak sehebat kita dalam beramal shalih dan berilmu. Itu semua menunjukkan sebuah tanda bahwa amal kita tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di antara tanda amal kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan dijadikan kita lupa kepada kebaikan-kebaikan kita. Dan kita akan dijadikan terus ingat kepada dosa-dosa kita, sehingga kita selalu merasa minder dengan banyaknya dosa. Dan kita pun menjadi tawadhu di hati kita dan terhindar dari ujub dan kesombongan.

Di antara hal yang dapat merusak amal kita yaitu kita tidak merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di kala kita sedang sendirian. Ketika sendirian, kita melihat sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang. Namun ketika sedang berada di hadapan orang lain, terlihat kita bertakwa. Sehingga pada hakikatnya kita takut kepada manusia, namun tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia tidak tersisa sedikitpun.”

Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan apa-apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah)

Ketika sedang sendirian, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu menunjukkan bahwasanya hakikatnya kita hanya takut kepada manusia dan tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala batalkan amalan-amalan dia pada hari kiamat. Sungguh sangat mengerikan.

Di antara perkara yang bisa membatalkan amal yaitu zalim kepada manusia. Karena sesungguhnya zalim merupakan kegelapan pada hari kiamat.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Barang siapa yang pernah berbuat zalim terhadap kehormatan saudaranya atau mengambil sesuatu darinya, hendaknya segera meminta maaf dan kehalalannya (di dunia ini) sebelum tiba hari di mana dinar dan dirham tak lagi bermanfaat. Jika tidak, maka pada hari kiamat, amal salehnya akan diambil sebanding dengan kezaliman yang telah diperbuat. Jika ia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan orang yang pernah ia zalimi akan dipindahkan kepadanya.” (HR. Bukhari)

Ummatal Islam, di antara perkara yang bisa merusak bahkan membatalkan amal adalah utang. Jangan meremehkan masalah ini. Di hari kiamat, orang yang berutang akan membayarnya dengan amal-amalnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat memperhatikan perkara ini. Beliau bahkan tidak mau menyolatkan jenazah seseorang yang masih memiliki utang. Dalam sebuah kejadian, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diminta untuk menyolatkan jenazah, lalu beliau bertanya:

“Apakah dia masih memiliki utang?”
Dijawab, “Ya, dua dinar, wahai Rasulullah.”
Maka beliau bersabda, “Kalau begitu, kalian saja yang menyolatinya. Aku tidak mau.”

Lalu salah seorang sahabat berkata, “Biar aku yang akan membayar dua dinarnya, wahai Rasulullah.” Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyolatkannya. Maka keesokan harinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Apakah dua dinar itu sudah dibayar?”
Sahabat itu menjawab: “Belum.” Lalu sahabat itu membayarnya. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sekarang kulit jenazah itu telah merasa dingin di kuburnya.”

Maka dari itu, jangan sampai meremehkan masalah utang. Karena itu bisa merusak amal kita dihari kiamat. Bahkan orang yang mati syahid pun diampuni semua dosanya kecuali utang.

Selain itu, di antara perkara yang bisa membatalkan amal adalah durhaka kepada orang tua. Bukan hanya membatalkan amal, perbuatan ini juga bisa menghancurkan rezeki, menghilangkan keberkahan hidup, dan mendatangkan laknat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Azab bagi orang yang durhaka bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.

Oleh karena itu, bagi yang masih memiliki orang tua, hendaknya berbakti kepada mereka. Ini adalah kesempatan besar untuk masuk ke dalam surga. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

”Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati keduanya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).”

Lihat: Mendapati Kedua Orang Tuanya Masih Hidup tapi Dia Tidak Bisa Masuk Surga dengannya

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam amal

  • Pertama, segera melakukan, jangan ditunda-tunda.
  • Kedua, sembunyikan. Tidak usah kita upload di media sosial atau ceritakan kepada orang dan memperlihatkannya. Karena itu menyebabkan terbukanya pintu riya kedalam hati.
  • Ketiga, tidak menganggapnya banyak. Hal ini karena kita tidak tahu amal mana yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana khutbah selengkapnya? Mari download dan simak mp3 khutbah yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Khutbah Idul Fitri

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Merawat Tanaman Iman” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55043-khutbah-idul-fitri-merawat-tanaman-iman/